KUNJUNGAN WISATA MUSEUM ALKITAB “LAI”
Di
sini aku akan bercerita atau lebih tepatnya sharing tentang kunjunganku ke
Museum Alkitab LAI tepatnya saat itu hari senin, 7 Juli 2014. Pada saat itu di
Gerejaku mengadakan kunjungan wisata ke Museum Alkitab LAI khusus pemuda dan
pemudi untuk menambah wawasan tentang kerohanian kami. Biaya tiket masuknya
sangat murah, cukup 3000 per orang. Tetapi karena kami jumlahnya banyak jadi
kami menggunakan Paket Wisata Alkitab. Kami berangkat pukul 7.00 pagi dari
tempat kami dan dengan kendaraan beroda empat kami hingga tiba disana pukul
10.00.
Setelah
kami sampai di Museum Alkitab LAI tepatnya di Jl. Salemba Raya No. 12, kami pun
disambut oleh petugas Museum Alkitab LAI. Kami beranjak masuk dan kami melihat
paling depan ada Alkitab yang berukuran sangat besar. Sesuai namanya, tentu
saja maskot di Museum Alkitab adalah alkitab. Yang ini jelas bukan alkitab
biasa. Koleksi Museum Alkitab yang satu itu tergolong paling istimewa karena
berukuran terbesar di dunia, yakni 208 cm x 147 cm dalam keadaan terbuka. Pada
2010 lalu Museum Rekor Indonesia (MURI) pernah mencatatnya, kata petugas itu
berkata kepada kami. Kami pun melanjutkan untuk menyusuri museum ini sambil
dibimbing dan dijelaskan oleh petugas Museum Alkitab LAI.
Di
sana ada banyak sekali alkitab-alkitab yang berbeda-beda versi bahasa dan
berbeda beda ukuran dari yang paling besar tadi sampai yang sangat paling kecil.
Dan lebih kerennya lagi ada juga alkitab-alkitab yang terjemahannya bahasa
daerah di Indonesia, seperti bahasa sunda, jawa, batak, dan lainnya. Kami pun
melihat banyak lukisan-lukisan, ada juga peninggalan bebatuan, kain-kain,
tulisan dan ukiran, alat musik seperti sangkakala dan lainnya, kayu-kayu, dan
lainnya.
Koleksi
Museum Alkitab disusun secara kronologis. Koleksi tertua berupa tablet tanah
liat dengan tulisan Cuneiform (huruf paku). Artefak ini berasal dari kebudayaan
Sumeria, memberi informasi bahwa masyarakat Sumeria telah mengenal sistem
tulisan. Sistem tulisan tersebut kemudian dipakai dalam Alkitab. Koleksi lain
yang cukup tua berupa Perjanjian Baru Yunani keluaran 1588. Koleksi ini
berukuran 7,3 cm x 5 cm. Ada lagi Alkitab berbahasa Arab dan Perjanjian Baru
tulisan tangan Bode. Bode adalah seorang penerjemah Alkitab Melayu. Ada pun
koleksi unik lain berupa tulisan super mini doa Bapa Kami dalam enam bahasa.
Doa tersebut ditulis sangat kecil pada kertas berukuran 3 ½ mm x 3 ½ mm x 2 mm.
Koleksi tersebut diperoleh dari Museum Gutenberg beberapa tahun lalu. Juga
Rembrandt Bijbel, koleksi berukuran 23 cm x 14,5 cm tersebut, juga bisa
disaksikan di Museum Alkitab LAI ini. Rembrandt Bijbel terdiri atas dua jilid,
yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Penerbitnya adalah Hugo Schmidt
Verlag Munchen pada 1931. Banyak informasi kealkitaban lain terdapat di museum
ini, misalnya tentang sejarah komunikasi dan penulisan, perkembangan sistem
tulisan, hingga sejarah penulisan Alkitab. Ada juga informasi sejarah
penerjemahan Alkitab di Indonesia (1629-1813), Lembaga Alkitab Jawa (1814), dan
Lembaga Alkitab Indonesia (1954). Yang unik, Alkitab-Alkitab beraksara Bugis
dan Madura bisa dilihat di sini. Demikian juga Alkitab dalam berbagai bahasa di
Nusantara.
Setelah
cukup lama berputar mengelilingi gedung yang luas ini akhirnya kami dibawa ke
satu ruangan, kami duduk disana dan ada beberapa kuis pertanyaan untuk kami,
dan yang dapat menjawab mendapat hadiah salah satunya mendapat alkitab. Tetapi
sayangnya aku tidak mendapatkannya. Setelah acara kuis selesai kami pun dibawa
kembali ke Perpustakaan Museum Alkitab LAI. Cukup luas dan banyak sekali buku
juga sangat rapi dan bersih, dan yang lebih enaknya lagi yaitu ada wifi gratis.
Pendirian
Museum Alkitab LAI ini sangat membantu umat Kristiani dan masyarakat umum yang
membutuhkan informasi di bidang biblika atau kealkitaban. Museum ini terbuka
untuk anak-anak hingga orang dewasa. Kehadirannya ditujukan untuk memudahkan
masyarakat dalam mempelajari sejarah Alkitab dan kebudayaan masyarakat pada
masa penulisan Alkitab, dengan cara yang mudah, santai, dan menyenangkan.
Setelah
kami puas menelusuri gedung yang yang luas ini, kami pun beranjak kembali untuk
pulang. Tak lupa kami membeli beberapa oleh-oleh souvenir untuk
kenang-kenangan. Ini adalah momen yang sangat indah bagi kami untuk menambah
ilmu kerohanian kami sebagai umat Kristiani dan menambah wawasan bagi kami.
Sekian ceritaku tentang kunjungan ke Museum Alkitab LAI.
0 komentar:
Posting Komentar