Follow Me

Senin, 03 Oktober 2016

KUNJUNGAN WISATA MUSEUM ALKITAB “LAI”


KUNJUNGAN WISATA MUSEUM ALKITAB “LAI”



Di sini aku akan bercerita atau lebih tepatnya sharing tentang kunjunganku ke Museum Alkitab LAI tepatnya saat itu hari senin, 7 Juli 2014. Pada saat itu di Gerejaku mengadakan kunjungan wisata ke Museum Alkitab LAI khusus pemuda dan pemudi untuk menambah wawasan tentang kerohanian kami. Biaya tiket masuknya sangat murah, cukup 3000 per orang. Tetapi karena kami jumlahnya banyak jadi kami menggunakan Paket Wisata Alkitab. Kami berangkat pukul 7.00 pagi dari tempat kami dan dengan kendaraan beroda empat kami hingga tiba disana pukul 10.00. 
Setelah kami sampai di Museum Alkitab LAI tepatnya di Jl. Salemba Raya No. 12, kami pun disambut oleh petugas Museum Alkitab LAI. Kami beranjak masuk dan kami melihat paling depan ada Alkitab yang berukuran sangat besar. Sesuai namanya, tentu saja maskot di Museum Alkitab adalah alkitab. Yang ini jelas bukan alkitab biasa. Koleksi Museum Alkitab yang satu itu tergolong paling istimewa karena berukuran terbesar di dunia, yakni 208 cm x 147 cm dalam keadaan terbuka. Pada 2010 lalu Museum Rekor Indonesia (MURI) pernah mencatatnya, kata petugas itu berkata kepada kami. Kami pun melanjutkan untuk menyusuri museum ini sambil dibimbing dan dijelaskan oleh petugas Museum Alkitab LAI. 
Di sana ada banyak sekali alkitab-alkitab yang berbeda-beda versi bahasa dan berbeda beda ukuran dari yang paling besar tadi sampai yang sangat paling kecil. Dan lebih kerennya lagi ada juga alkitab-alkitab yang terjemahannya bahasa daerah di Indonesia, seperti bahasa sunda, jawa, batak, dan lainnya. Kami pun melihat banyak lukisan-lukisan, ada juga peninggalan bebatuan, kain-kain, tulisan dan ukiran, alat musik seperti sangkakala dan lainnya, kayu-kayu, dan lainnya. 
Koleksi Museum Alkitab disusun secara kronologis. Koleksi tertua berupa tablet tanah liat dengan tulisan Cuneiform (huruf paku). Artefak ini berasal dari kebudayaan Sumeria, memberi informasi bahwa masyarakat Sumeria telah mengenal sistem tulisan. Sistem tulisan tersebut kemudian dipakai dalam Alkitab. Koleksi lain yang cukup tua berupa Perjanjian Baru Yunani keluaran 1588. Koleksi ini berukuran 7,3 cm x 5 cm. Ada lagi Alkitab berbahasa Arab dan Perjanjian Baru tulisan tangan Bode. Bode adalah seorang penerjemah Alkitab Melayu. Ada pun koleksi unik lain berupa tulisan super mini doa Bapa Kami dalam enam bahasa. Doa tersebut ditulis sangat kecil pada kertas berukuran 3 ½ mm x 3 ½ mm x 2 mm. Koleksi tersebut diperoleh dari Museum Gutenberg beberapa tahun lalu. Juga Rembrandt Bijbel, koleksi berukuran 23 cm x 14,5 cm tersebut, juga bisa disaksikan di Museum Alkitab LAI ini. Rembrandt Bijbel terdiri atas dua jilid, yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Penerbitnya adalah Hugo Schmidt Verlag Munchen pada 1931. Banyak informasi kealkitaban lain terdapat di museum ini, misalnya tentang sejarah komunikasi dan penulisan, perkembangan sistem tulisan, hingga sejarah penulisan Alkitab. Ada juga informasi sejarah penerjemahan Alkitab di Indonesia (1629-1813), Lembaga Alkitab Jawa (1814), dan Lembaga Alkitab Indonesia (1954). Yang unik, Alkitab-Alkitab beraksara Bugis dan Madura bisa dilihat di sini. Demikian juga Alkitab dalam berbagai bahasa di Nusantara.
Setelah cukup lama berputar mengelilingi gedung yang luas ini akhirnya kami dibawa ke satu ruangan, kami duduk disana dan ada beberapa kuis pertanyaan untuk kami, dan yang dapat menjawab mendapat hadiah salah satunya mendapat alkitab. Tetapi sayangnya aku tidak mendapatkannya. Setelah acara kuis selesai kami pun dibawa kembali ke Perpustakaan Museum Alkitab LAI. Cukup luas dan banyak sekali buku juga sangat rapi dan bersih, dan yang lebih enaknya lagi yaitu ada wifi gratis.
Pendirian Museum Alkitab LAI ini sangat membantu umat Kristiani dan masyarakat umum yang membutuhkan informasi di bidang biblika atau kealkitaban. Museum ini terbuka untuk anak-anak hingga orang dewasa. Kehadirannya ditujukan untuk memudahkan masyarakat dalam mempelajari sejarah Alkitab dan kebudayaan masyarakat pada masa penulisan Alkitab, dengan cara yang mudah, santai, dan menyenangkan.
Setelah kami puas menelusuri gedung yang yang luas ini, kami pun beranjak kembali untuk pulang. Tak lupa kami membeli beberapa oleh-oleh souvenir untuk kenang-kenangan. Ini adalah momen yang sangat indah bagi kami untuk menambah ilmu kerohanian kami sebagai umat Kristiani dan menambah wawasan bagi kami. Sekian ceritaku tentang kunjungan ke Museum Alkitab LAI.


0 komentar:

Posting Komentar