TAPAK
SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
Tapak
Suci sebagai salah seni beladiri pencak silat Indonesia yang memiliki ciri khas
yang bisa menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan
melalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilaluinya. “Tapak Suci Putera
Muhammadiyah” atau disingkat Tapak Suci, adalah sebuah aliran, perguruan, dan
organisasi pencak silat yang merupakan anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia). Tapak Suci berasas Islam, bersumber pada Al Qur'an dan As-Sunnah,
berjiwa persaudaraan, berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah
sebagai organisasi otonom yang ke-11. Tapak Suci berdiri pada tanggal 10 Rabiul
Awal 1383 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta.
Motto dari Tapak Suci adalah "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat,
tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah".
Berawal
dari aliran pencak silat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun
1872, aliran ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di Kauman
Yogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada,
akibat gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi
sasaran penangkapan yang dilakukan rezim colonial Belanda. Di Kauman inilah
pendekar KH. Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup
mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat.
Perguruan
seni pencak sitat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan
Cikauman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A.
Dimyati, yaitu dua orang murid yang tangguh dari KH. Busyro Syuhada. Perguruan
ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan
seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) dan
mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa. Perguruan Cikauman
banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang
perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama Perguruan
Seranoman pada tahun 1930.
Perkembangan
kedua perguruan ini semakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang
cukup banyak. Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota
Angkatan Perang Sabil (APS) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam
perlawanan bersenjata. Lahirnya pendekar-pendekar muda basil didikan perguruan
Cikaumandan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru,
yang diantaranya ialah Perguruan Kasegu pada tahun 1951. Atas desakan
murid-murid dari perguruan Kasegu inilah inisiatif untuk menggabungkan semua
perguruan silat yang sealiran dimulai. Pada tahun 1963, desakan itu semakin
kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman dan para pendekar tua
yang merasa terlangkahi. Dengan pendekatan yang intensif dan dengan
pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki umat Islam menghadapi
kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap umat Islam, maka gagasan
untuk menyatukan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke datam
satu kekuatan perguruan dimulai. Seluruh perangkat organisasional dipersiapkan,
dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali kekuatan-kekuatan perguruan
yang terserak ke datam satu kekuatan perguruan, yaitu mendirikan perguruan
Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang merupakan keberlanjutan sejarah dari
perguruan-perguruan sebelumnya.
Pada
perkembangan selanjutnya, perguruan Tapak Suci akhirnya berkembang di
Yogyakarta dan daerah- daerah lainnya. Setelah meletusnya pemberontakan
G30S/PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang
dihadiri oleh para utusan perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah
di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara
nasional, dan perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi namanya menjadi Gerakan
dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Dan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah
ditetapkan menjadi organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah, karena Tapak
Suci Putera Muhammadiyah juga mampu dijadikan wadah pengkaderan
Muhammadiyah.
Adapun
jurus-jurus Tapak Suci. Sebelum resmi berdiri, jurus-jurus khas Tapak Suci pada
awalnya diberi nama dengan nomor, seperti Jurus 1, 2, dst. Setelah Tapak Suci
dideklarasikan pada tahun 1963, jurus-jurus itu diberi nama dengan nama-nama
flora dan fauna. Dasar penamaan ini agar senantiasa mengingat kebesaran Allah
yang berkuasa menciptakan segala mahluk. Selain itu hal ini mengandung arti
bahwa jurus Tapak Suci yang kosong akan sama halnya dengan tumbuhan dan hewan,
yang hanya memiliki naluri dan hawa nafsu, tanpa memiliki akal dan budi pekerti,
tanpa memiliki Iman dan Akhlak. Terdapat delapan jurus khas di dalam Tapak
Suci, yaitu Jurus Mawar, Jurus Katak, Jurus Naga, Jurus Ikan Terbang, Jurus
Lembu, Jurus Rajawali, Jurus Merpati, Jurus Harimau. Kedelapan Jurus ini
diaplikasikan untuk Permainan Tangan Kosong maupun Bersenjata, baik untuk
kegunaan olahraga, seni, maupun beladiri. Setiap Jurus ini memiliki sikap awal,
yaitu sikap awal pesilat yang mendahului setiap permainan jurus.
Senjata
khas Tapak Suci adalah Senjata Segu (Serba Guna), yang diciptakan oleh Pendekar
M.Barie Irsjad, belafaz "Muhammad". Sebagai perguruan yang
melestarikan seni budaya bangsa yang luhur, Tapak Suci merupakan perguruan
pencak silat yang juga melestarikan seni beladiri bersenjata. Teknik permainan
senjata ini dilestarikan dan dikembangangkan masing-masing oleh para anggota
Tapak Suci di pusat maupun di daerah.
Arti
makna dalam lambang Tapak Suci diantaranya:
· Bentuk
bulat : Bertekad Bulat
· Berdasar
biru : Keagungan
· Bertepi
hitam : Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT
· Bunga
Mawar : Keharuman
· Warna
Merah : Keberanian
· Daun
Kelopak hijau : Kesempurnaan
· Bunga
Melati Putih : Kesucian
· Jumlah
Sebelas : Rukun Islam dan rukun Iman
· Tangan
Kanan Putih : Keutamaan
· Terbuka
: Kejujuran
· Berjari
Rapat : Keeratan
· Ibu
jari tertekuk : Kerendahan Hati
· Sinar
Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah
Keseluruhan
lambang tersimpul dengan nama "TAPAK SUCI", yang mengandung arti:
Bertekad bulat mengagungkan asma ALLAH Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi.
Dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna. Dengan Kesucian
menunaikanRukun Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeratan dan kejujuran
dengan rendah hati.
Terdapat
tiga kategori tingkatan dalam perguruan Tapak Suci, diantaranya:
· Siswa
Dasar (Putih Polos)
· Siswa
Satu (Kuning)
· Siswa
Dua (Kuning Melati Cokelat Satu)
· Siswa
Tiga (Kuning Melati Cokelat Dua)
· Siswa
Empat (Kuning Melati Cokelat Tiga)
· Siswa
Lima (Kuning Melati Cokelat Empat)
· Kader
Dasar (Biru Polos)
· Kader
Muda (Biru Melati Merah Satu)
· Kader
Madya (Biru Melati Merah Dua)
· Kader
Kepala (Biru Melati Merah Tiga)
· Kader
Utama (Biru Melati Merah Empat)
· Pendekar
Muda (Hitam Melati Merah Satu)
· Pendekar
Madya (Hitam Melati Merah Dua)
· Pendekar
Kepala (Hitam Melatih Merah Tiga)
· Pendekar
Utama (Hitam Melati Merah Empat)
· Pendekar
Besar (Hitam Melati Merah Lima)
Dalam
setiap evaluasi akhir anggota berupa Ujian Kenaikan Tingkat, Tapak Suci
menerapkan aturan tentang Karya Tulis. Ini berlaku mulai dari tingkat Kader
sampai dengan Pendekar. Karya Tulis menjadi syarat yang wajib dipenuhi oleh
anggota yang akan menempuh evaluasi akhir tiap tingkat. Tradisi karya tulis ini
sendiri sudah dimulai sejak Tapak Suci berdiri pada tahun 1963, dan tetap
dipertahankan sampai sekarang. Dengan Karya Tulis ini Tapak Suci mendorong para
kadernya untuk menggali dan menampilkan seni beladiri sebagai sebuah ilmu
pengetahuan, yang rasional, dan ilmiah. Selain bentuk karya tulis, para anggota
juga dituntut memiliki Karya Nyata. Dari ilmu pengetahuan dihasilkanlah
keterampilan. Dari keterampilan itu diwujudkanlah seni. Dengan seni itulah, diharapkan
orang menjadi terampil dalam beramal.
0 komentar:
Posting Komentar